Maraknya Kasus Bullying Di Dunia Pendidikan

Mufidatus Sholichah, S.Pd.

 

Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak luput dari cap siswa-siswi remaja yang menggebu-gebu akan pencarian jati diri. Setiap remaja menginginkan adanya eksistensi dan pengakuan akan dirinya. Hal tersebut seringkali menimbulkan permasalahan di dunia pendidikan. Istilah bullying tentu tidak asing lagi untuk di dengar.

Menurut Prasetyo (2011) secara harfiah, kata bully berarti menggertak dan mengganggu orang yang lebih lemah. Iatilah bullying kemudian digunakan untuk menunjuk perilaku agresif seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap orang atau sekelompok orang lain yang di anggap lemah untuk menyakiti korban baik secara fisik maupun mental.

Seorang pendidik, perlu  menekankan bahwasannya bullying tidak hanya merujuk pada kekerasan fisik semata, seperti memukul, melempar, dan menciderai anggota tubuh lainnya. Namun, bullying dapat juga dilakukan dengan cara verbal, dan mental (psikis) seperti memaki, mengolok-olok, dan mengancam. Rasa ingin adanya pengakuan dari orang lain bagi kaum remaja seringkali diartikan siswa ke arah yang negatif.  Siswa yang merasa dirinya lebih kuat baik dari segi fisik, sosial-ekonomi, gender, dan lainnya seringkali ingin menindas korban yang di anggap lemah untuk memeroleh pengakuan/ cap “Hebat” dari orang lain.

Bullying di sekolah merupakan hal yang tidak bisa disepelekan karena dapat menyebabkan dampak efek yang buruk bagi korbannya. Tumbuhnya kasus bullying di sekolah dapat terjadi karena kurangnya pencegahan sekolah yang mana sikap apatis guru yang menganggap bahwwa perilaku mengolok-olok dan merendahkan merupkan hal biasa pada anak-anak dan merupakan bahan candaan semata.

Berbeda dengan kasus bullying secara fisik yang efeknya langsung dapat diketahui, pada kasus bullying secara verbal dan mental (psikis) cenderung sulit diketahui dan efeknya tidak tampak dalam waktu dekat. Luka psikis dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh lebih dalam dan menyakitlkan (Prasetyo:2011).  Sedangkan, menurut Daviq, dkk. (2020) tanda atau gejala bullying pada remaja di sekolah dapat diketahui melalui menurunnya nilai akademis secara drastis, menurunnya jumlah kehadiran di sekolah, hilangnya minat mengerjakan pekerjaan sekolah, menurunnya daya konsentrasi di sekolah, berkurangnya minat pada kegiatan sekolah, dan dikeluarkannya dari kegiatan yang tadinya dia sukai.

Kegiatan bullying merupakan hal yang harus disudahi demi terwujudnya kesehatan mental dan positif. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Perkembangan teknologi yang semakin pesat juga dapat dijadikan wadah bagi siswa melakukan bullying atau perundungan. Media sosial seperti Instagram, WhatsAPP, dan Tiktok dapat dijadikan sebagai alat melakukan perundungan berbasis IT dan penyebaran lebih luas dan mudah.

Seperti berita yang sedang marak saat ini di tahun 2022 seorang anak SD di Tasikmalaya, Jawa Barat yang meninggal setelah dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman-temannya. Aksi perundungan ini membuat korban merasa sangat depresi, hingga akhirnya korban sakit dan meninggal. Setelah melakukan penyelidikan tersangka perundungan merupakan teman korban dan usia masih di bawah umur. Peristiwa tersebut dapat menjadi contoh betapa pentingnya penangan kasus bullying di dunia pendidikan.

Bullying di sekolah dapat menyebabkan efek yang sangat serius baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, dan stress. Sedangkan dalam jangka panjang, dapat menderita masalah gangguan emosional dan perilaku.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dafiq, Nur., dkk. (2020) Jurnal Upaya Edukasi Pencegahan Bullying Pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Manggarai NTT. Flores

Prasetyo, Ahmad Baliyo Eko (2011) Jurnal Bullying di Sekolah dan Dampaknya Bagi Masa Depan Anak. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII Yogyakarta

Berita Bullying diakses melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/29/berapa-banyak-korban-bullying-di-lingkungan-sekolah-indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *